PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN Nobibasisku
PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI
DI SMA NEGERI 6 OKU
(Modifikasi Model Pembelajaran Kooperatif Berbasis
Inkuiri)
Yunis Andriani
SMA Negeri 6 OKU
Penelitian ini mengembangkan
model pembelajaran kooperatif dengan
memodifikasi beberapa tipe (Jigsaw, NHT dan Talking Chips) dan model
pembelajaran berbasis inkuri. Tujuan
penelitian ini untuk menghasilkan produk berupa model pembelajaran baru
Nobibasisku (Nomori, bicara, dan bagi berbasis inkuiri).Model pembelajaran ini
mencoba untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran, kerjasama dalam
kelompok, mengembangkan sikap sosial dan sikap ilmiah peserta didik. Model
penelitian pengembangan yang dipakai pada penelitian ini adalah model ADDIE (Analysis, Design, Development or Production,
Implementation or Delivery and Evaluations).Hasil beberapa validasi: a) rancangan
model yang akan diterapkan sangat layak untuk digunakan (84,17%), b) rancangan
silabus sangat layak digunakan (77%), c) rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
(79.76%) yang berarti bahwa RPP yang
dirancang sangat layak untuk digunakan, d) instrumen penilaian kognitif berupapost test pilihan ganda (78,03%) sangat
layak digunakan. Uji efektifitas model pembelajaran dilakukan dengan uji coba
terbatas dan luas pada peserta didik masing-masing dengan 2 tahap. Pada uji
coba terbatas tahap 1 nilai rata-rata post test sebesar 72.53 lebih rendah dari
nilai rata-rata post test tahap 2 yaitu 74.85.Pada uji coba luas pada tahap 2
sebesar 75.70, lebih tinggi dari uji coba tahap 1 yaitu 63.80. Uji terhadap
keterlaksanaan model pembelajaran menunjukkan bahwa model pembelajaran dapat
terlaksana dengan kriteria sedang (66.67%).
Kata kunci: penelitian
pengembangan, model pembelajaran nobibasisku, model pembelajaran
kooperatif, model pembelajaran berbasis
inkuiri, mata pelajaran biologi
This study develop cooperative learning through some model modified
(jigsaw, NHT and talking chips) and inquiry based learning model. The purpose
of this study is to produce a product in the form of new learning model
Nobibasisku (numbered, talk and share-based inquiry.) The model of learning
tries to increase the activity of students in learning, cooperation within the
group, the development of social attitudes and scientific Attitude of the
learners. The development of the research model used in this study is a model
ADDIE (analysis, design, development production or, or implementation delivery
and evaluations). The results of several validation: a) the design model is
very feasible to use (84.17%), b) the design of the curriculum is very feasible
(77%), c) teaching plan (RPP) (79, 76 %), Which means that the RPP to be used,
very feasible, are fit for use d) cognitive assessment instrument in the form
of post-multiple-choice test (78.03%). Test the effectiveness of the learning
model with limited tests extensive learners and with each 2 steps performed. 2
74.85. On extensive studies of 75.70 in Phase 2, which is considered the higher
pilot phase 1 63.80 is limited to the test phase 1 mean value of the post test
72.53 lower than the average post-test phase. Test the implementation learning
model shows that the model of learning is achieved with the criteria of
moderate (66.67%).
Key
words:Research&
development, model nobibasisku learning, cooperative learning, inquiry-based learning
model, subjects biology
Pendahuluan
Model pembelajaran merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal
sampai akhir pembelajaran yang disajikan secara khas oleh guru di kelas, di dalam
model pembelajaran terdapat strategi pencapaian kompetensi siswa dengan
pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.Masing-masing
model pembelajaran yang ada memiliki keunggulan dan kelemahan dalam
penerapannya.Keunggulan model pembelajaran yang diterapkan oleh guru dapat
membantu mencapai tujuan pembelajaran, sedangkan kelemahan model pembelajaran
tersebut dapat disiasati dengan memodifikasi model pembelajaran tersebut yang
disesuaikan dengan kondisi siswa serta ketersediaan sumberdaya yang ada
(Hasibuan, 2000).
Joyce dkk (2009), mendefinisikan model pembelajaran sebagai
kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan
pembelajaran. Dengan demikian, model pembelajaran merupakan kerangka konseptual
yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman
belajar untuk mencapai tujuan belajar.Jadi model pembelajaran cenderung
preskriptif, yang relatif sulit dibedakan dengan strategi pembelajaran.
Menurut Olson
dan Susan Loucks-Horsley (2013), pembelajaran biologiyang merupakan bagian dari sain, memberikan kesempatan yang
luas pada siswa untuk menumbuhkan rasa keingintahuan yang tinggi terhadap suatu
objek yang berupa makhluk hidup dan alam sekitar. Alam sekitar merupakan bagian yang sangat penting dan dekat
dalam kehidupan sehari-hari.Siswa dapat memperoleh sumber belajar langsung dari
alam dengan melihat, melakukan dan merasakan langsung fenomena yang ada di
lingkungan sekitar, tempat tinggal mereka sehari-hari.
Masalah-masalah yang sering ditemui
dalam kegiatan belajar mengajar diantaranya adalah keterlibatan
peserta didik secara aktif dalam kegiatan pembelajaran dan sikap ilmiah peserta
didik.Berdasarkan hasil analisis peneliti dari hasil diskusi dengan rekan
sejawat guru dan pengamatan di lapangan hal ini disebabkan karena model
pembelajaran yang diterapkan guru kurang dapat memotivasi siswa, serta kurang
dapat mengembangkan rasa keingintahuan mereka terhadap objek yang menjadi
materi pokok. Metode dalam pembelajaran yang biasa diterapkan misalnya ceramah,
diskusi kelas atau kelompok, praktikum
dan mengerjakan tugas. Dengan demikian siswa menganggap kegiatan
pembelajaranhanya sebagai rutinitas yang tidak menarik dan membosankan.
Model
pembelajaran berbasis inkuiri dapat mengembangkan sikap ilmiah siswa karena
didalamnya terdapat berbagai bentuk aktivitas yang melibatkan melakukan
pengamatan, mengajukan pertanyaan, mencari rujukan atas data yang telah
diperoleh melalui buku-buku dan sumber informasi lainya, merencanakan
penyelidikan, meninjau ulang apa yang telah diketahui dari bukti-bukti hasil
percobaan sederhana, menggunakan perangkat-perangkat untuk mengumpulkan,
menganalisis dan menginterpretasi data, pengajuan jawaban, penjelasan dan
perkiraan, serta mengkomunikasikan hasil. Inkuiri mensyaratkan
pengidentifikasian dari sebuah asumsi, penggunaan pemikiran logis dan kritis
serta pertimbangan terhadap penjelasan mengenai suatu hal (Olson dan Horsley,
2013). Menurut Joyce dalam Sagala (2010), kondisi-kondisi umum
yang merupakan syarat bagi timbulnya kegiatan inkuiri bagi siswa, yaitu : (1)
aspek sosial di dalam kelas dan suasana bebas-terbuka dan permisif yang
mengundang siswa berdiskusi; (2) berfokus.
Model pembelajaran berbasis inkuiri
merupakan model pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berfikir
ilmiah pada diri siswa yang berperan sebagai subjek belajar, sehingga dalam
proses pembelajaran ini siswa lebih banyakbelajar sendiri, mengembangkan kreativitas
dalam memecahkan masalah.
Model
pembelajaran kooperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok
untuk bekerja sama saling membantu mengkontruksi konsep, menyelesaikan
persoalan, atau inkuiri. Menurut teori dan pengalaman agar kelompok kohesif
(kompak-partisipatif), tiap anggota kelompok terdiri dari 4 – 5 orang, siswa heterogen
(kemampuan, gender, karakter), ada kontrol dan fasilitasi, dan meminta tanggung
jawab hasil kelompok berupa laporan atau presentasi. Sintaks pembelajaran kooperatif
adalah informasi,pengarahan-strategi, adanya pembentukan kelompok heterogen,
kerja kelompok, presentasi hasil kelompok, dan pelaporan. Model pembelajaran
koopereratif ada beberapa tipe diantaranya adalah tipe jigsaw, Numbered Heads
Together (NHT), dan talking chips.Ketiga tipe model pembelajaran kooperatif
tersebut memiliki ciri khusus yang menonjol (Ibrahim dan Syaodih, 2003).
Tipe
jigsaw kegiatan yang lebih menonjol adalah aktivitas dalam kelompok, dengan
sintaksPengarahan, informasi bahan ajar, buat kelompok heterogen, berikan bahan
ajar (LKS) yang terdiri dari beberapa bagian sesuai dengan banyak siswa dalam
kelompok, tiap anggota kelompok bertugas membahas bagian tertentu, tiap
kelompok bahan belajar sama, buat kelompok ahli sesuai bagian bahan ajar yang
sama sehingga terjadi kerja sama dan diskusi, kembali ke kelompok asal,
pelaksanaan tutorial pada kelompok asal oleh anggota kelompok ahli, penyimpulan
dan evaluasi dan refleksi (Mulyatiningsih, 2010).
Tipe Numbered Heads Together (NHT) memberikan
kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan
jawaban yang paling tepat.Selain itu, teknik ini juga mendorong siswa untuk
meningkatkan semangat kerja samamereka (Rusman, 2011).Tipe talking chips (kartu
berbicara) memberikan kesempatan pada siswa untuk berani menyampaikan
pendapatnya atau berbicara dalam diskusi kelompok dengan menggunakan kartu yang
digunakan untuk berbicara. Siswa dituntut untuk dapat menguasai materi
pelajaran.Tipe ini mempunyai tujuan tidak hanya sekedar penguasaan bahan
pelajaran, tetapi adanya unsur kerjasama untuk penguasaan materi tersebut.
Disamping itu, talking chips merupakan metode pembelajaran secara kelompok,
maka kelompok merupakan tempat untuk mencapai tujuan sehingga kelompok harus
mampu membuat siswa untuk belajar. Dengan demikian semua anggota kelompok harus
saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran (Mulyasa, 2008).
Modifikasi ketiga tipe model
pembelajaran kooperatif tersebut dengan berbasis inkuiri diharapkan dapat
meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran, kerjasama dalam kelompok
(sebagai aktivitas sosial) dan mengembangkan sikap ilmiah siswa.
Tujuan
penelitian ini adalah menghasilkan model pembelajaran baru yaitu Nobibasisku (Nomori, bicara, dan bagi
berbasis inkuiri) yang dapat diterapkan pada pembelajaran biologi yang
valid dan efektif.
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian
pengembangan yang dimaksudkan untuk mengembangkan model pembelajaran
dengan memodifikasinya. Model
pembelajaran yang dikembangkan adalah model pembelajaran kooperatif dan model
pembelajaran berbasis inkuiri.Beberapa tipe model pembelajaran kooperatif ini
dimodifikasi yaitu tipe jigsaw, Numbered Heads Together (NHT) dan Talking Chips
kemudian digabungkan dengan model pembelajaran berbasis inkuiri.Pengembangan
model pembelajaran ini dimaksudkan untuk dapat meningkatkan aktivitas dalam
proses kegiatan belajar mengajar, mengembangkan sikap ilmiah, memberikan
pengalaman belajar yang bermakna dan meningkatkan prestasi belajar siswa.
Model penelitian pengembangan yang
dipakai pada penelitian ini adalah model ADDIE yang merupakan singkatan dari Analysis, Design, Development or
Production, Implementation or
Delivery and (http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/dra-endang-mulyatiningsih-mpd/7cpengembangan-modelpembelajaran.pdf).
Tabel 1. Rangkuman Aktivitas Model
ADDIE
Tahap
Pengembangan
|
Aktivitas
|
Analysis
|
Pra perencanaan: pemikiran tentang
produk (model pembelajaran) baru yang akan dikembangkan. Mengidentifikasi
produk yang sesuai dengan sasaran peserta didik, tujuan belajar,
mengidentifikasi isi/materi pembelajaran, mengidentifikasi lingkungan belajar
dan strategi penyampaian dalam pembelajaran.
|
Design
|
Merancang konsep model
pembelajaran Nobibasisku di atas
kertas. Merancang perangkat pengembangan model pembelajaran Nobibasisku. Rancangan ditulis untuk
masing-masing unit pembelajaran. Petunjuk penerapan desain atau pembuatan
produk ditulis secara rinci
|
Develop
|
Mengembangkan perangkat produk
(materi/bahan dan alat) yang diperlukan dalam pengembangan
Berbasis pada hasil rancangan
produk, pada tahap ini mulai dibuat produknya yang sesuai dengan struktur
model. Membuat instrumen untuk mengukur kinerja produk
|
Implementation
|
Mulai
menerapkan model pembelajaranNobibasisku dalam pembelajaran atau lingkungan
yang nyata. Melihat kembali tujuan-tujuan pengembangan model pembelajaran,
interaksi antar peserta didik serta menanyakan umpan balik awal proses
evaluasi
|
Evaluation
|
Melihat
kembali dampak pembelajaran dengan cara yang kritis. Mengukur ketercapaian
tujuan pengembangan model
pembelajaran. Mengukur apa yang telah mampu dicapai oleh sasaran. Mencari
informasi apa saja yang dapat membuat peserta didik mencapai hasil dengan
baik
|
Populasi pada
penelitian ini adalah seluruh peserta didik pada SMA Negeri 6 OKU, pada kelas XI
dan XII.Sampel penelitian adalah
peserta pada kelas XI, XII sebanyak 20
orang, masing-masing 10 orang peserta
didik pada tiap tingkat kelas.Adapun instrumen penelitian yang
dikembangkan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah Instrumen kevalidanLembar
validasi pada penelitian ini berupa lembar validasi rancangan model
pembelajaran, silabus, RPP, dan soal tes.Untuk menguji keefektifan model
pembelajaran dilakukan dengan melihat aktivitas belajar peserta didik
menggunakan angket aktivitas belajar peserta didik dan hasil tes formatif.Dalam
penelitian ini digunakan teknik pengumpulan data berupa angket dan hasil tes
formatif.
Menurut
Azwar (2012) Teknik analisis data validitas dan efektivitas dijelaskan sebagai
berikut:Data validitas dari validator terhadap seluruh aspek yang dinilai,
disajikan dalam bentuk tabel. Selanjutnya dicari rata-rata skor tersebut dengan
menggunakan rumus:
Keterangan:
R =rata-rata hasil penilaian
daripara validator
Vij=
skor penilaian para
ahli/ahli ke-I terhadap
kriteria ke-j
n =banyak para ahli
yang
menilai
M= banyaknya kriteria
Analisis
Efektifitas model pembelajaran berupa tentang
aktivitas belajar peserta didik terhadap kegiatan pembelajaran dianalisis
menggunakan dengan teknik persentase yang dinyatakan oleh Sugiyono (2010) dan
dihitung secara manual sebagai berikut:
Hasil
Penelitian dan Pembahasan
A.
Hasil
Penelitian
ini menghasilkan produk berupa model pembelajaran Nobibasisku (Nomori, bicara,
dan bagi berbasis inkuiri) yang merupakan modifikasi model pembelajaran
kooperatif dan model pembelajaran berbasis inkuiri.Untuk model pembelajaran
kooperatif diterap model pembelajaran Jigsaw, Number Head Together (NHT) dan
Talking Chips serta model pembelajaran berbasis inkuiri.
Penelitian ini dimulai dengan riset
terhadap kebutuhan pengembangan model pembelajaran yang dilakukan melalui
wawancara dengan guru mata pelajaran biologi dan guru mata pelajaran serumpun
(Kimia dan Fisika).Hasil dari wawancara ini diketahui bahwa pengembangan model
pembelajaran dalam pembelajaran biologi diperlukan terutama untuk mengembangkan
sikap ilmiah peserta didik dan keaktifan peserta didik dalam pembelajaran.
Selanjutnya
peneliti menyebar angket kebutuhan pengembangan model pembelajaran dalam mata
pelajaran biologi kepada 2 orang guru mata pelajaran biologi.Hasil dari angket
ini menjadi bahan pertimbangan peneliti untuk membuat model pembelajaran yang
sesuai dengan kebutuhan dalam pembelajan.Berdasarkan angket tersebut diketahui
bahwa memang dibutuhkan pengembangan model pembelajaran yang dapat meningkatkan
sikap ilmiah siswa dan aktivitas peserta didik dalam pembelajaran.
Tahap
selanjutnya merancang model pembelajaran yang meliputi merancang model
pembelajaran, silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan
penilaian.Masing-masing perangkat pembelajaran tersebut divalidasi oleh guru
mata pelajaran biologi dan validasi ahli oleh dosen universitas Bina Darma
Palembang. Hasil validasi dari 3 orang
validator menunjukkan bahwa rancangan model yang akan diterapkan sangat layak
untuk digunakan dengan persentase sebesar 84,17%.
Hasil validasi rancangan silabus
yang dilakukan oleh 3 validator dengan persentase 77% yang menunjukkan bahwa
silabus sangat layak digunakan.
Sementara untuk rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) hasil validasinya adalah sebesar 79.76% yang
berarti bahwa RPP yang dirancang sangat layak untuk digunakan. Untuk instrumen
penilaian yaitu penilaian kognitif dengan memberikan post test dalam bentuk pilihan ganda, hasil validasi juga menunjukkan
bahwa instrumen penilaian ini sangat layak digunakan dengan persentase sebesar
78,03%. Kriteria validasi berdasarkan Solikhin (2015).Hasil
validasi ini dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1.Rangkuman Hasil Validasi
Model dan Perangkat
Pembelajaran
No
|
Komponen
|
Persentase
|
Keterangan
|
1
|
Model pembelajaran
|
84,17%.
|
sangat layak
|
2
|
Silabus
|
77%
|
sangat layak
|
3
|
RPP
|
79.76%
|
sangat layak
|
4
|
Penilaian/soal
|
78,03%.
|
sangat layak
|
Uji coba dilakukan secara terbatas
dan luas yang masing-masing dilakukan dalam 2 tahap. Untuk uji coba terbatas
dilakukan pada kelas XII IPA 1, dengan mengambil sampel 10 orang berdasarkan
hasil post test. Untuk uji coba luas dilakukan pada kelas XI
IPA 2 dan XI IPA 3. Seluruh data hasil post test diambil untuk dianalisis.
Hasil analisis data post test dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel
2.Hasil Uji Coba Terbatas dan
Luas
Kegia
tan
|
N
|
Rata-rata
|
Stan-dar devia-si
|
Mean
|
Ting-kat keyaki-nan (95%)
|
Uji
coba terba-tas 1
|
10
|
72.85
|
14.83
|
80.04
|
11.40
|
Uji
coba terba-tas 2
|
10
|
74.85
|
17.74
|
83.33
|
4.54
|
Uji coba luas 1
|
63
|
63.80
|
20.41
|
66.64
|
5.18
|
Uji coba luas 2
|
63
|
75.70
|
17.74
|
83.33
|
4.54
|
Berdasarkan
tabel terlihat bahwa nilai rata-rata uji coba terbatas 1 lebih tinggi dari uji
coba 2, dan nilai rata-rata uji coba luas tahap 1 lebih tinggi dari uji coba
luas 2. Dengan adanya dua tahap uji coba untuk mengetahui efektifitas model
pembelajaran yang dikembangkan dalam proses pembelajaran biologi.
B.
Pembahasan
Berdasarkan hasil uji validitas yang
dilakukan oleh 3 validator menunjukkan bahwa model pembelajaran yang telah
dirancang sangat layak untuk diterapkan pada pembelajaran biologi. Selanjutnya
pengembangan model pembelajaran Nobibasisku dapat dilakukan uji coba pada
proses pembelajarandi kelas. Uji coba dilakukan pada skala terbatas dan luas
masing-masing dengan 2 tahap.Pada uji coba terbatas tahap 1 nilai rata-rata
post test (72.53) lebih rendah dari nilai rata-rata post test tahap 2 (74.85). Demikian
juga pada uji coba luas pada tahap 2( 75.70) lebih tinggi dari uji coba tahap 1
(63.80).
Dari data tersebut dapat disimpulkan
bahwa model pembelajaran Nobibasisku efektif untuk diterapkan pada mata
pelajaran biologi.Model pembelajaran ini dapat meningkatkan aktivitas siswa
dalam berdiskusi dan bekerjasama dalam kelompok.Selain itu dalam melakukan
diskusi pada kelompoknya peserta didik juga dapat meningkatkan rasa
keingintahuannya terhadap masalah yang harus dipecahkan.Karena dalam model
pembelajaran ini siswa diminta untuk melakukan observasi, membuat hipotesa dan
memecahkan masalah, serta menyimpulkan hasil temuan mereka.Hal ini dapat
megembangkan sikap ilmiah mereka, sekaligus dapat membuat siswa mandiri dan
bekerjasama dalam kelompok.
Pembelajaran berbasis inkuiri
menghendaki peserta didik untuk bersikap ilmiah, karena langkah-langkah
pembelajarannya mengarah pada kerja ilmiah dan berpikir ilmiah bukan
berdasarkan asumsi dan opini.Hal ini juga dapat membuat peserta didik terbiasa
untuk memecahkan masalah berdasarkan fakta-fakta yang ada dan data-data yang
terkumpul.
Dengan
adanya penomoran pada siswa dapat mengembangkan rasa tanggung jawab siswa
terhadap tugasnya masing-masing. Peserta didik harus dapat memecahkan masalah
dan mengemukakan hasil temuan mereka pada anggota kelompok yang lain. Saat
menyampaikan pendapat tersebut siswa menggunakan biji karet yang telah
dibagikan.Masing-masing siswa diharuskan berbicara berdasarkan jumlah biji
karet yang mereka miliki.Kesempatan berbicara akan habis jika semua biji karet
telah digunakan.
Dengan diharuskannya peserta didik
berbicara, maka aktivitas mereka dalam pembelajaran lebih hidup dan
dinamis.Keterampilan peserta didik untuk menyampaikan pendapat dan keberanian
untuk berbicara terasah melalui pembiasaan ini.Sehingga kegiatan pembelajaran
tidak membosankan atau hanya terpusat pada guru dan sedikit siswa.
Kesimpulan
Berdasarkan hasilriset dan pengembangan serta analisis
yang telah dilakukan, hasil beberapa validasi:
a) rancangan model yang akan diterapkan sangat layak untuk digunakan
(84,17%), b) rancangan silabus sangat layak digunakan (77%), c) rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) (79.76%)
yang berarti bahwa RPP yang dirancang sangat layak untuk digunakan, d)
instrumen penilaian kognitif berupa post
test pilihan ganda (78,03%) sangat
layak digunakan. Uji efektifitas model pembelajaran dilakukan dengan uji coba
terbatas dan luas pada peserta didik masing-masing dengan 2 tahap. Pada uji
coba terbatas tahap 1 nilai rata-rata post test sebesar 72.53 lebih rendah dari
nilai rata-rata post test tahap 2 yaitu 74.85.Pada uji coba luas pada tahap 2
sebesar 75.70, lebih tinggi dari uji coba tahap 1 yaitu 63.80. Uji terhadap
keterlaksanaan model pembelajaran menunjukkan bahwa model pembelajaran dapat
terlaksana dengan kriteria sedang (66.67%).
Daftar Pustaka
Azwar, Syafuddin. (2012). Reliabilitas
dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Hasibuan.
(2000). Proses Belajar
Mengajar.Bandung: PT.
Remaja
Rosdakarya
Pengembangan Model Pembelajaran. Endang Mulyatiningsih. Diunduh
tanggal 13 Pebruari 2016, dari http://staff.uny.ac.id/sites/default /files/pengabdian/dra-endang- mulyatiningsih- mpd/7cpengembangan- modelpembelajaran.pdf
Ibrahim dan Nana
Syaodih.(2003). Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Joyce, Bruce,
Marsha Weil, Emily Calhoun.(2009). Models of Teaching
(8th.ed.).Boston: Allyn Bacon/Pearson
Mulyasa,
Enco. (2008). Menjadi Guru Profesional.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Mulyatininsih,
Endang. (2010). Model Pembelajaran Aktif,
Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan.
Depok: Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Olson dan Susan Loucks-Horsley.
2013. Inkuiri dan Standar
standar
Pendidikan Sains
Nasional (e-book).Diunduh
14
Pebruari 2015, dari
Sagala, Syaiful.
(2010). Konsep dan
Makna
Pembelajaran.
Bandung:
Alfabeta
Solikhin, Akhmad.
(2015). Skripsi: “Pengembangan Model Pembelajaran Sistem Peredaran Darah
Bersuplemen Artikel”. Semarang: Skripsi Unnes.
Sugiyono. 2010. Metode
Penelitian
Pendidikan.Bandung:Alfabeta
0 komentar:
Posting Komentar