Sabtu, 06 Juli 2013

Teacher Writing Camp #2


BERBAGI MANFAAT DENGAN MENULIS
Dahli Ahmad
Siti Mugi Rahayu

Menulis pada banyak anggapan orang adalah hal yang sulit. membutuhkan keterampilan dan keahlian berbahasa atau memerlukan banyak waktu. Tapi untuk beberapa orang yang memang mempunyai hobi dan minatnya pada dunia tulis menulis, maka hal ini bukan sesuatu yang sulit.
Mengingat dengan menulis, banyak manfaat yang didapat, maka mencoba untuk mulai menulis tidak ada salahnya. Seperti yang dilakukan oleh Pak Dahli Ahmad yang kegiatannya menulis dimulai dari Cuma ikut trend pada saat itu, begitu menurut pengakuan beliau. Tapi seiring makin seringnya membaca tulisan orang lain, dan dorongan untuk menulis makin kuat, maka beliau mulai menulis, walau awalnya tulisan beliau pada blog hanya berupa tulisan yang ringan dan apa yang terjadi dan dialami dalam keseharian beliau sendiri. Memulai dari hal-hal yang kecil dan mungkin luput dari perhatian bila ditulis dengan gaya bahasa yang memikat atau bahsa yang enak menjadi sesuatu yang menarik.
Pak Dahli Ahmad yang pada awalnya hanya memanfaatkan blog nya untuk memposting bahan ajar atau hal-hal yang berhubungan tugas beliau sebagai guru, misalnya RPP, Bahan ajar, info tentang sekolah, ternyata postingan beliau mendapat apresiasi dan mendapat perhatian dari berbagai pihak, terutama tentang metode pembelajaran yang beliau aplikasikan pada siswa-siswanya dikelas melalui pembelajaran berbasis proyek. Hal ini menghantarkan beliau mendapat penghargaan yang tidak pernah beliau duga apalagi harapkan dari aktivitas menulis. Disini beliau makin sadar bahwa tulisan itu mempunyai kekuatan yang dahsyat dan memberi dampak yang luas bagi orang lain, walaupun awalnya tujuan kita hanya menuliskan sesuatu yang sederhana tapi buat orang lain dapat menjadi suatu hal yang istimewa dan berarti.  Keinginan dan niat untuk memberi manfaat bagi orang lain dan membuat arti kecil dalam kecil dalam kehidupan menjadi motivasi dan keyakinan beliau bahwa menulis dan berbagi adalah hal yang tidak bisa dianggap ringan. seperti motto hidup beliau : Hidup Cuma sekali, maka hiduplah yang berarti.
Kisah yang hampir sama juga diceritakan dan dibagi oleh Ibu Mugi, seorang Guru SMA, yang pernah menjadi peserta TWC 1 yang menurut penuturan beliau saat ini “naik” pangkat menjadi pembicara pada TWC 2 ini. Beliau mendapat penghargaan dari Acer karena aktivitasnya menulis pada blog Guraru.  Produktivitas beliau dalam menghasilkan tulisan-tulisan yang menurut pengakuan beliau “biasa saja” tapi sering dimuat dimedia cetak maupun media online, membuat beliau merasa menulis adalah suatu kebutuhan.  Setiap hari lebih dari satu tulisan yang beliau hasilkan. Awalnya seperti kebanyakan guru, beliau tidak PD (percaya diri) untuk menulis, tapi karena Nekad, begitu penuturan beliau, maka mulailah lahir tulisan-tulisan dari tangan beliau yang terbit diberbagai media cetak, dan mulai dikenal sebagai guru penulis yang aktif.
Ditengah aktivitas yang padat, sebagai seorang ibu dari empat anak dan juga guru, beliau selalu menyempatkan waktu untuk menulis. Dan menulis sepertinya sudah menjadi passion bahkan kebutuhan bagi beliau.
Inspirasi dari kedua guru ini patut untuk diterapkan. Sebagai guru,sudah seharusnya memiliki kemampuan untuk menulis, karena dengan tulisan kita meninggalkan jejak dalam hidup kita, berupa pemikiran-pemikiran dan ide-ide kita yang dapat memotivasi dan menginspirasi orang lain bahkan generasi penerus peradaban kita.

0 komentar:

Posting Komentar