Jumat, 18 Januari 2013

FILSAFAT ILMU


                                                             FILSAFAT DAN SUPERVISI

Pengawas sekolah adalah jabatan yang diberikan pada seseorang setelah melalui proses tertentu untuk melakukan pembinaan pada kepala sekolah dan guru. Pengawas sekolah dalam hal ini bertugas sebagai supervisor.  Selain pengawas sekolah , yang bertanggungjawab secara langsung melakukan pembinaan pada guru adalah kepala sekolah.  Kepala sekolah dan pengawas sekolah sebagai supervisor bukan hanya bertugas mengawasi tetapi juga memberikan bimbingan atau pembinaan pada para guru.  Interaksi yang terjalin antara supervisor (kepala sekolah dan pengawas sekolah) dan yang disupervisi (guru) bukan hanya interaksi antara atasan dan bawahan tetapi lebih dari itu, terutama dari sisi manusiawinya.
Kepala sekolah, pengawas sekolah dan guru, merupakan subjek yang terlibat dalam dunia pendidikan, mengemban misi menyampaikan,menumbuhkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan baik bagi peserta didik maupun masyarakat.
Ilmu pengetahuan didapat melalui proses berfikir, dimulai dengan berfikir kritis yang menimbulkan banyak pertanyaan terhadap fenomena yang ada,menemukan jawaban dan kebenaran dari fenomena yang ditemukan tersebut.  Langkah-langkah untuk mendapatkan ilmu pengetahuan adalah urut dan sistematis, sehingga diperoleh hasil (produk) yang dapat berupa jawaban atas semua pertanyaan-pertanyaan yang diajukan diawal, teori ,sampai  bentuk fisik berupa barang yang dapat dimanfaatkan yang memudahan kehidupan manusia.  Hasil temuan-temuan yang biasanya kita manfaatkan untuk memudahkan pekerjaan sehari-hari seperti mesin cuci, pompa/mesin air,sepeda motor, mobil,kipas angin, AC, TV, radio,telepon seluler, koputer,internet dan lain-lain adalah sebagian kecil contoh yang dihasilkan melalui proses panjang yang berasal dari berbagai disiplin ilmu.
Berfikir kritis dan mendalam  untuk menemukan jawaban atas sesuatu merupakan salah satu arti dan ciri filsafat.  Menurut Muslih (2005 : 13), filsafat dapat diartikan  sebagai berfikir menurut tata tertib dengan bebas dan dengan sedalam-dalamnya, sehingga sampai pada dasar persoalan .   Secara umum Filsafat ilmu dapat dipahami dari dua sisi, yaitu sebagai disiplin ilmu dan sebagai landasan filosofis bagi proses keilmuan.  Sebagai disiplin ilmu, filsafat ilmu merupakan cabang dari ilmu filsafat yang membicarakan objek khusus .Sebagai landasan filosofis bagi proses keilmuan, filsafat ilmu merupakan kerangka dasar dari proses keilmuan itu sendiri.
Sementara Abdullah (1999:14) mengartikan filsafat adalah sebagai :1) aliran atau hasil pemikiran , 2) Sebagai metode berfikir yang dapat dicirikan : a) mencari ide dasar  yang bersifat fundamental (fundamental ideas), b) membentuk cara berfikir kritis (critical thought) dan c) menjunjung tinggi kebebasan serta keterbukaan intelektual (intellectual freedom).
Menurut Surajiyo (2010 : 45), Filsafat ilmu merupakan cabang filsafat yang membahas tentang ilmu.  Tujuan filsafat ilmu adalah mengadakan analisis mengenai ilmu pengetahuan dan cara bagaimana ilmu pengetahuan itu diperoleh.  Jadi filsafat ilmu adalah penyelidikan tentang ciri-ciri pengetahuan ilmiah dan cara memperolehnya.  Pokok perhatian filsafat ilmu adalah proses penyelidikan ilmiah itu sendiri.
Filsafat ilmu menurut Waluyo (2007:1), adalah pengkajian ilmu secara filosofis yaitu secara menyeluruh, mendasar, dan spekulatif yang dikaitkan dengan aspek ontologi, epistomologi dan aksiologi.
        Sementara itu Endraswara (2012 : 31) berpendapat bahwa filsafat ilmu merupakan bagian dari filsafat yang menjawab beberapa pertanyaan mengenai hakikat ilmu.  Bidang ini mempelajari dasar-dasar filsafat, asumsi dan implikasi dari ilmu.  Filsafat ilmu berusaha menjelaskan masalah-masalah berikut seperti : apa dan bagaimana suatu konsep dan pernyataan dapat disebut sebagai ilmiah , bagaimana konsep tersebut dilahirkan, bagaimana ilmu dapat menjelaskan, memperkirakan serta memanfaatkan alam melalui teknologi; cara menentukan validitas dari sebuah informasi ; formulasi dan penggunaan metode ilmiah ; macam-macam penalaran yang dapat digunakan untuk mendapatkan kesimpulan ; serta implikasi metode dan model ilmiah terhadap masyarakat dan terhadap ilmu pengetahuan itu sendiri.
Filsafat mempunyai kegunaan baik teori maupun praktis.  Dengan mempelajari filsafat orang akan menjadi bertambah pengetahuannya, ia dapat menyelidiki sesuatu lebih mendalam dan lebih luas, sehingga akan sanggup menjawab pertanyaan secara lebih mendalam dan luas pula.  Banyak ajaran filsafat yang dapat dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari misalnya etika, estetika, logika dan lain-lain  (Sutriono dan Hanafie, 2007 : 24).
Pengawas sekolah  berperan penting  dalam meningkatkan kualitas guru dengan memberikan pengetahuan dan wawasan keilmuannya, sesuai dengan tanggung jawab dan tugasnya.  Dengan demikian pengawas sekolah harus memiliki kemampuan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dengan melakukan penelitian. Kemampuan melakukan penelitian merupakan salah  satu kompetensi  yang harus dimilki oleh pengawas sekolah. Bila pengawas sekolah telah terampil dan biasa melakukan penelitian ilmiah, maka pengawas sekolah dapat dengan sangat baik membimbing kepala sekolah dan guru untuk melakukan penelitian dan membuat karya ilmiah,  pada akhirnya guru yang telah terampil ini akan terampil pula mengasah kemampuan berfikir kritis dan ilmiah pada peserta didik binaannya. Maka disinilah filsafat ilmu memberikan peran dan manfaatnya bagi pengawas sekolah .
Sebagaimana  yang dituliskan oleh Syadali dan Mudzakir (1999 : 28-29), Secara kongkrit manfaat mempelajari filsafat adalah : 1). Filsafat menolong mendidik dan membangun diri dengan berfikir lebih mendalam, 2). Memberikan kebiasaan dan kepandaian untuk melihat dan memecahkan persoalan-persoalan dalam kehidupan sehari-hari, 3). Filsafat memberikan pandangan yang luas, membendung akuisme dan akusentrisme (dalam segala hal hanya melihat dan mementingkan “aku” (diri sendiri), 4). Melatih untuk berfikir sendiri dan tidak ikut-ikutan atau mengekor  pada pandangan umum saja, 5). Memberi dasar-dasar untuk hidup kita sendiri (terutama etika) maupun untuk ilmu-ilmu yang lainnya, seperti sosiologi, ilmu jiwa, ilmu mendidik dan lain-lain.
Sementara Soetriono dan Hanafie (2007: 24-25), menyatakan bahwa kegunaan mempelajari filsafat adalah : 1) Melatih diri untuk berfikir kritis dan runtut serta menyusun hasil fikiran tersebut secara sistematis, 2) Menambah pandangan dan cakrawala yang lebih luas agar tidak berfikir dan bersikap sempit dan tertutup, 3) Melatih diri melakukan penelitian, pengkajian dan memutuskan atau mengambil kesimpulan mengenai sesuatu hal secara mendalam dan komprehensif, 4) Menjadikan diri bersifat dinamis dan terbuka dalam menghadapi berbagai problem, 5) Membuat diri menjadi manusia yang penuh toleransi dan tenggang rasa, 6)Menjadi alat yang berguna bagi manusia, baik untuk kepentingan pribadi maupun hubungannya dengan orang lain, 7) Menyadari akan kedudukan manusia , baik sebagai pribadi, hubungannya dengan orang lain, alam sekitar dan Tuhan Yang Maha Esa, dan 8) Menjadikan manusia menjadi lebih taat kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Tugas berat yang diemban oleh pengawas sekolah memerlukan 3 kecerdasan yaitu : kecerdasan intelektual, kecerdasan emosi dan kecerdasan spiritual, dalam hal ini filsafat mencakup ketiga hal tersebut. Kecerdasan intelektual menyebabkan pengawas selalu berfikir kritis, kreatif dan inovatif dalam menjalankan tugasnya. Seperti yang dituliskan oleh Suriasumantri (2010 : 20-23), karakteristik berfikir filsafat adalah menyeluruh, mendasar dan spekulatif.  Dengan 3 karakter cara berfikir filsafat tersebut seorang pengawas dalam menjalankan tugasnya tidak hanya berfikir dengan melihat kulit luarnya saja, tetapi juga berfikir mendasar, menyeluruh dan spekulatif.  Kecerdasan emosi juga penting dimiliki oleh pengawas sekolah dalam menjalankan tugasnya, terutama dalam menghadapi dan mengatasi masalah-masalah yang dihadapi kepala sekolah dan guru yang dibina dan menjadi tanggung jawabnya. Secara manusiawi dengan beban kerja yang banyak, kelelahan fisik dan fikiran akan menyebabkan seseorang mengalami pengelolaan emosi yang kurang baik bila dihadapkan pada permasalahan yang cukup banyak dan pelik.  Secara umum, bila  seseorang dihadapkan pada kondisi tersebut akan mudah tersulut emosinya sehingga berfikir secara jernih merupakan hal yang sulit. Keputusan yang diambil dalam keadaan tersebut biasanya tidak bijaksana dan tergesa-gesa yang dapat merugikan dirinya sendiri dan orang lain. Dengan pengelolaan emosi yang baik (cerdas secara emosi), maka seorang pengawas dapat memberikan solusi yang tepat bagi persoalan-persoalan yang dihadapi kepala sekolah dan guru dan dapat dipertanggungjawabkan. Kecerdasan spiritual  yang berdasar pada keimanan atau keyakinan akan ketuhanan dan nilai-nilai agama merupakan penyeimbang keduanya, dimana bila memiliki kecerdasan intelektual dan emosi tetapi spiritualnya  kurang cerdas maka tindakan yang timbul dari hasil pemikiran dan emosi  masih berorientasi pada sesuatu yang bersifat materi dan tidak atau kurang mempertimbangkan sesuatu yang bersifat immateri yang tak kasat mata,tak teraba dan tak berasa.  Menurut Suriasumantri (2010 : 270), nilai agama berfungsi sebagai sumber moral bagi segenap kegiatan.  Dalam hal ini agama memberikan kompas dan tujuan : sebuah makna, semacam arti yang membedakan manusia dari ujud berjuta galaksi.  Lebih lanjut Waluyo (2007 : 88) menyatakan bahwa, jika  orang memiliki suara batin dan keheningan budi yang cukup tinggi, maka ia akan memiliki kesadaran akan mana yang salah dan mana yang memalukan (shame feeling dan guiltyfeeling).  Rasa bersalah dan rasa malu adalah dasar dari rasa bertanggung jawab yang murni dari seseorang dan bukan bertanggung jawab semu.
Keyakinan akan keberadaan suatu kekuatan yang maha dan mengawasi segala tindak tanduk kita membuat seseorang tersebut  akan berhati-hati dan bertanggung jawab atas semua tindakannya,kepekaan jiwanya akan semakin baik terhadap sesuatu yang ada disekelilingnya sehingga akan melahirkan sikap  yang baik  yang berasal dari jiwa yang tulus dan bersih, hal ini juga merupakan salah satu hal penting yang hendaknya dimiliki seorang pengawas sebagai bekal untuk mengasah kompetensi sosialnya.  Seorang pengawas hendaknya memiliki sikap yang baik yang mencerminkan keluhuran budi dan kemuliaan akhlak, keduanya sering disebut dengan moral.  Sebagai seorang yang memiliki ilmu dan berpikir kritis dan mendalam terhadap fenomena yang ada disekitarnya, maka dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini yang begitu pesat menyebabkan secara sadar atau tidak, perlahan mengakibatkan dekadensi  moral, yang berasal dari pengagungan terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga tidak peka terhadap hal-hal negatif yang ditimbulkan pada alam sekitar akibat makin menipisnya nilai-nilai moral yang dimiliki.  Filsafat ilmu mengajarkan kita agar dapat dengan bijaksana menyikapi segala kemajuan yang ditimbulkan perkembangan ilmu dan teknologi. Seperti yang ungkapkan Suriasumantri (2010 : 235), masalah moral tak bisa dilepaskan dengan tekad manusia untuk menemukan kebenaran, sebab untuk menemukan kebenaran dan terleih-lebih lagi untuk mempertahankan kebenaran, diperlukan keberanian moral.  Penaralaran secara rasional telah membawa manusia mencapai harkatnya seperti sekarang ini telah berganti dengan rasionalisasi yang telah mendustakan kebenaran. Tanpa landasan moral, maka ilmuwan akan mudah sekali tergelincir  dalam melakukan prostitusi intelektual.
Filsafat ilmu juga mengajarkan untuk dengan jujur mencari dan mengungkap sesuatu, tanpa ada kebohongan dan rekayasa untuk kepentingan tertentu.  Seorang pengawas dalam menjalankan tugasnya, hendaknya juga menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran , walaupun tak jarang berlaku jujur akan berimplikasi pahit pada pelakunya. Dalam pandangan umum, berlaku jujur  tampak seperti melakukan tindakan bodoh, ditengah segala tindakan artifisial, penuh kepura-puraan dan ketidakjujuran. Tapi satu hal yang harus kita ingat bahwasanya segala tindakan kita akan kembali pada diri kita suatu saat kelak.
Keteladanan hendaknya selalu diberikan oleh pengawas sekolah kepada kepala sekolah dan guru yang dibinanya,karena kalau hanya bicara tanpa keteladanan tidak akan terlalu efektif dan berguna. Tidak sejalannya kata dan perbuatan menyebabkan apa yang dibicarakan tidak terlalu banyak berguna. Keteladanan menjadi penting, karena saat ini telah terjadi krisis keteladanan disemua lini. Sehingga ajakan kearah yang baik sering dicemooh,karena banyaknya tokoh masyarakat, pemimpin, dan orang yang sangat diharapkan keteladanannya seperti  guru, banyak yang hanya pandai berbicara dan berwacana tanpa keteladanan, jauh panggang dari api.
Pengawas yang merupakan Pembina guru, bila dapat memberi keteladanan yang baik, maka akan diikuti oleh kepala sekolah dan guru yang dibinanya, dan pada akhirnya ketealadanan itu akan diikuti oleh peserta didik.  Dengan demikian pendidikan berkarakter  yang diharapkapkan dapat membentuk karakter  yang baik pada anak didik  akan segera terwujud. Karakter kuat bangsa tercermin dari karakter tiap individu yang dibentuk salah satunya melalui proses pendidikan,penanaman nialai-nilai luhur dalam keluarga dan pembiasaannya dalam lingkungan. Sehingga kita dihormati dan disegani sebagai bangsa yang bermartabat karena kekhasan karakter yang kita tunjukkan dan kita bangun.  Disini filsafat juga berperan dalam menumbuhkan nilai-nilai keluhuran budi,moral, etika, kebijaksanaan, tenggang rasa, toleransi, kejujuran dan tanggung jawab .
Peran dan Manfaat lain  filsafat bagi pengawas sekolah antara lain membuat seorang pengawas sekolah mempunyai pandangan yang luas dan tidak sempit, terbuka  dan tidak tertutup, menerjunkan dirinya pada  samudra kebermanfaatan yang seluas-luasnya untuk banyak orang dan alam semesta serta sebagai hamba yang taat pada sang pencipta. Jika sikap ini telah tertanam kuat dalam dirinya, maka pengawas yang handal bukan hanya sekedar slogan dan impian semata, tapi akan menjadi fakta dan nyata. Lebih jauh lagi, akan terbentuknya manusia-manusia yang berkualitas dan handal, menjadi bangsa yang besar, disegani, dihormati dan bermartabat akan segera terwujud, dunia pendidikan yang dipandang sebelah mata akan diperhitungkan dan mengambil peran penting dalam kontribusinya mencetak anak bangsa yang mampu membangun disegala bidang serta menaikkan harkat dan martabat bangsa.














2 komentar:

Semakin banyak belajar Filsafat Ilmu makin banyak bingungnya bu..hehe

makin bingung, makin banyak berfikir pak, makin banyak belajar dong.

Posting Komentar